
BANGKINANG – Seperti tahun-tahun sebelumnya, Gubernur Riau kembali menghadiri tradisi perayaan Aghi Ghayo Onam (Hari Raya Enam) di Kabupaten Kampar.
Gubernur Riau yang baru,
H Abdul Wahid pada perayaan Hari Raya Enam hari ini, Senin (7/4/2025) merupakan kehadiran perdananya di hari raya yang cukup besar ini di Riau.
Dari pantauan, Gubri Abdul Wahid datang bersama rombongan forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) Riau dan pejabat di Pemprov Riau.
Sebelumnya, pada paginya Bupati Kampar H Ahmad Yuzar didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Kampar H Hambali dan sejumlah pejabat Pemkab Kampar melepas ribuan peserta ziarah kubur di Taman Pemakaman Mushiroh, Dusun Kampung Godang Desa Pulau Lawas Kecamatan Bangkinang.
Ziarah kubur merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan seluruh masyarakat di Kecamatan Bangkinang dan sebagian Kecamatan Salo pada pagi pelaksanaan Hari Raya Enam yang dilaksanakan setiap Tanggal 8 Syawal atau setelah melaksanakan puasa sunnah selama enam hari dibulan Syawal.
Dari pantauan, Gubri Abdul Wahib tiba di Rumah Lontiok, di Desa Muara Uwai, Kecamatan Bangkinang sekira pukul 10.00 WIB bersama Komandan Korem (Danrem) 031/WB Brigjen TNI Sugiyono, Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan dan rombongan yang disambut Bupati Kampar Ahmad Yuzar, Wakil Bupati Kampar Hj Misharti dan pejabat Pemkab dan Forkopimda Kampar.
Di rumah lontiok, Gubri dan rombongan singgah sebentar sembari menikmati makan khas Kampar yang selalu disajikan di setiap rumah pada Aghi Ghayo Onam, diantaranya lomang yang dimakan dengan sarikayo, kue jalo, kue palito daun, dan lainnya.
Setelah itu Gubernur Riau dan rombongan melaksanakan ziarah kubur dan do’a bersama di pemakaman umum Dharun Nahdhah Tawalib Bangkinang.
Usai ziarah, Gubri dan rombongan mengikuti makan bajambau atau makan bersama yang makanannya dibawa oleh masyarakat setempat dari rumah masing-masing dalam wadah atau jambau. Makan bajambau dilaksanakan di TPA Baiturrahma, Ujung Kampung, Dusun Kampung Godang, Desa Pulau Lawas.
Gubernur Riau Abdul Wahid, menyampaikan apresiasi kepada masyarakat Kampar khususnya masyarakat di Kecamatan Bangkinang yang tetap mempertahankan tradisi Aghi Ghayo Onam sekaligus ziarah kubur ke makam para leluhur, keluarga, sanak dan kerabat dan dirangkai silaturahmi.
Ia berjanji akan memasukkan perayaan Hari Raya Enam dalam kalender pariwisata Provinsi Riau.
Menurutnya, ini adalah sebuah tradisi yang luar biasa yang patut dipertanyakan karena selain mengenang keluarga dan kerabat yang telah meninggal dunia juga mampu mempererat silaturahim diantara sesama yang hidup.
Sementara itu Bupati Kampar Ahmad Yuzar menyampaikan ucapan terimakasih kepada Gubernur Riau, Danrem dan Kapolda Riau yang sempat hadir pada tradisi Aghi Ghayo Onam di Kabupaten Kampar, khususnya di wilayah Kecamatan Bangkinang.
Yuzar menyampaikan Hari Raya Enam atau Aghi Ghayo Onam merupakan sebuah tradisi bagi sebagian daerah yang ada di wilayah Kecamatan Bangkinang karena hampir semua masyarakat di perantauan sudah pulang ke kampung masing-masing. “Dihari raya zharoh inilah sebagian besar mereka baru pulang,” ulas Yuzar.
Sehari sebelum pelaksanaan Aghi Ghayo Onam, Bupati dan Wakil Bupati Kampar membuka festival pembuatan lomang (lemang). Dari pantauan, hampar di setiap rumah memasak makanan tradisional Kampar yang terbuat dari beras ketan pilihan yang dimasak di dalam batang bambu itu dengan santan kelapa tersebut.
Selain memasak lomang, masyarakat juga memasak aneka makanan jajanan tradisional dan disajikan kepada para tamu, sanak keluarga yang berkunjung ke rumahnya pada Hari Raya Enam setelah melaksanakan Subuh berjemaah, ziarah kubur dan makan bajambau.
Pada Aghi Ghayo Onam, suasana di Kecamatan Bangkinang seperti di Desa Pulau Lawas, Desa Muara Uwai, Kelurahan Pulau, Kelurahan Pasir Sialang dan beberapa desa di Kecamatan Salo seperti Sipungguk dan Desa Ganting terlihat sangat ramai. Ribuan orang terlihat setelah Subuh berjalan kaki menuju makam para sanak, keluarga dan kerabat guna melakukan ziarah kubur.
Sambil berjalan mereka tampak saling berjabat tangan dan bercengkerama di jalan. Pada umumnya para perantauan termasuk yang merantau di Negeri Jiran Malaysia dan Singapura pulang ke kampung halaman sehingga tradisi hari Raya enam tampak semakin besar dan meriah.(adv)